. Sang Eksekutor Preman Cebongan: "SELESAI HUKUMAN, SAYA AKAN BASMI PARA PREMAN!!" | portalwarta7
loading...
loading...

Sang Eksekutor Preman Cebongan: "SELESAI HUKUMAN, SAYA AKAN BASMI PARA PREMAN!!"

iklan tautan

Majelis Hakim Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta menjatuhkan vonis 11 tahun penjara kepada eksekutor penyerangan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cebongan Sleman, Serda Ucok Tigor Simbolon. Terhadap putusan ini, Serda Ucok mengaku sudah punya rencana setelah menjalani hukuman.

"Kalau setelah selesai hukuman saya akan tinggal di Yogya dan akan memberantas preman," kata Serda Ucok seusai sidang pembacaan vonis di Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta, Kamis (5/9). Saat keluar ruang sidang, dia dielu-elukan pengunjung sidang. Dia juga menegaskan akan banding. "Kami bertiga memutuskan untuk banding ke pengadilan tinggi militer," ujar Serda Ucok. 

Sebelum membacakan amar putusannya, hakim Letkot CHK Joko Sasmito menyampaikan hal-hal yang memberatkan terdakwa. Joko Sasmito mengatakan, di antara aspek pemberat tersebut adalah ketiganya melakukan perbuatan saat sedang menjalani latihan TNI, dan dilakukan di lembaga pemerintah Lapas Cebongan.

"Akibat dari perbuatan tersebut, mengakibatkan empat tahanan Lapas Cebongan tewas yang menimbulkan duka bagi keluarga korban, serta mengakibatkan trauma petugas Lapas Cebongan. Perbuatan terdakwa juga mencemarkan nama baik TNI," kata Joko di Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta, Kamis (5/9).

Sedangkan hal-hal yang meringankan, di antaranya para terdakwa secara kesatria mengakui perbuatannya di depan Tim Investigasi TNI. "Para terdakwa juga meminta maaf kepada pihak Lapas Cebongan, berterus terang memperlancar selama menjalani pemeriksaan, bersikap sopan saat menjalani persidangan. 

Para terdakwa juga berprestasi dan pengabdian sebagai anggota TNI, dan mendapat Satya Lencana dan kegiatan sosial masyarakat," tuturnya.

Eksekutor empat tahanan di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cebongan, Serda Ucok Tigor Simbolon, mengaku tak
mampu mengontrol emosi saat mendengar informasi rekannya, Sertu Sriyono, dipukuli dan dibacok oleh sekelompok preman di Yogyakarta. "Saya sedih, saya merasa sangat terpukul. Saya sangat emosi saat itu," kata Ucok saat memberikan keterangan sebagai terdakwa dalam sidang lanjutan kasus penyerangan LP Cebongan, di Pengadilan Militer II/11, Yogyakarta, Selasa (23/7/2013).

Ketua Tim Oditur Militer (Odmil), Letkol (Sus ) Budiharto menanyakan apakah ia masih bisa mengontrol diri? "Antara emosi dan berusaha mengontrol diri. Terus terang di tempat latihan saya terguncang," jawab Ucok. Sebelum penganiayaan terhadap Sriyono, seorang anggota Kopassus Sertu Heru Santoso tewas dikeroyok preman di Hugos Cafe, Yogyakarta. "Itu benar-benar pelecehan terhadap satuan kami (Kopassus)," kata Ucok.

Ketua tim penasihat hukum terdakwa, Letkol Rochmad menanyakan tentang hubungan Ucok dengan Sriyono. Ucok menceritakan pengalamannya bersama Sriyono, mulai saat bertugas di Kondo (Merauke), gempa di Bantul, operasi penumpasan GAM di Aceh, dan operasi penyelamatan korban erupsi Gunung Merapi di Kemalang (Klaten).

Saat di Aceh, ia pernah diselamatkan Sriyono ketika truk TNI diserang kelompok GAM. Saat itu ia tergantung di truk dan menjadi sasaran empuk pasukan GAM. Posisi Sriyono juga tidak menguntungkan dan kesulitan keluar dari truk, namun berusaha menyelamatkan Ucok.

"Sejak saat itu dia bukan hanya saya anggap sebagai atasan tapi lebih dari itu juga sebagai sahabat sejati," ujar Ucok. Selain itu, mereka juga sering bersama, termasuk saat mengikuti operasi penyelamatan korban erupsi gunung Merapi 2010 lalu.

"Saat malamnya ada letusan besar Merapi, paginya pukul 06.30 WIB kami masuk ke perkampungan yang tidak ada seorangpun. Tanpa alat komunikasi. Ada 51 jenazah yang kami temukan. Ada yang masih terbakar dan ada juga yang sudah hancur, semuanya kami evakuasi," ujar Ucok.

Mata Ucok berkaca-kaca saat menceritakan pengalaman tugas bersama Sriyono dan Heru Santoso. Ia kemudian mengusap mata dengan tanga. Suaranya lirih dan sempat terhenti.

Sedang Serda Sugeng Sumaryanto dalam kesaksiannya mengatakan, sejak mengetahui terbunuhnya anggota Kopassus, 20 Maret, Serda Ucok mengalami banyak perubahan.

"Terutama saat saat makan dia langsung banting minuman mineral. Kami jadi tidak bisa konsentrasi. Apa yang dikatakan Sertu Hasmudin (koordinator tim kelompok latihan di Gunung Lawu) juga tak dihiraukan. Padahal biasanya dia sering nyanyi-nyanyi terutama lagu-lagu daerah," ungkap Sugeng.

Saat tidur, Ucok juga sering mengigau dan mengalami susah tidur. Sugeng mengetahuinya karena ia juga tidak bisa tidur. Koptu Kodik mengaku, dirinya memang mendengar Ucok berniat mencari pembunuh Heru Santoso ke Yogya. 
iklan 336 x 280